Selasa, 19 Juni 2012

Bukit Abah, Sang Mutiara Terpendam

       Mendengar kata bukit, yang pertama kali terlintas di pikiran pembaca pasti suatu daerah yang berhawa sejuk terletak lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan terdiri atas pepohonan yang menghijau. Ya... begitu pula dengan Bukit Abah. Mengenai asal usul nama bukit ini, Sora juga kurang tahu, tapi mungkin saja bukit ini dinamai begitu karena pertama kali ditemukan oleh bapak-bapak (abah = bapak), hehe Sora cuma bercanda. Sepertinya banyak yang belum mengetahui tentang keberadaan bukit ini. Oke, untuk itu Sora akan bercerita sedikit mengenai Bukit Abah (walaupun Sora belum pernah ke sana).


Jalan menuju Bukit Abah, sangat rindang dan asri (:
       Letaknya di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, mungkin masih terdengar asing di telinga pembaca. Namun daerah tersebut (Desa Besan) cukup mudah dijangkau baik dari Jantung Pulau Dewata maupun Pusat Kota Serombotan. Ketika tiba di sana, pengunjung akan disambut oleh papan nama (tapi sepertinya itu bukan papan) Desa Besan yang terbuat dari batu bata dengan arsitektur khas Bali.

Baru tiba akan langsung disambut oleh bangunan ini

       Nuansa tradisional di desa tersebut tetap terjaga di tengah serbuan arus modernisasi. Hal inj dapat dilihat dari aktivitas masyarakat sekitar yang masih kental akan tradisi leluhur. Memang tidak jauh berbeda dengan mayoritas masyarakat Bali yang terkenal akan adat dan budayanya (Sora makin bangga jadi orang Bali, hehe...) namun yang membuat daerah ini menjadi berbeda dengan daerah lainnya yaitu masih adanya tradisi mengumpulkan air nira (aren) untuk diolah menjadi minuman tradisional berupa tuak manis. Selain kuliner, adanya kerajinan tangan berupa anyaman ate juga dapat menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini.
Anyaman Ate, hasil searching di mbah google

       Di samping semua daya tarik tradisi yang menjadi pendukung, magnet utama dari Bukit Abah ini adalah keindahan alamnya. Letaknya yang berada di ketinggian Bumi Tridatu mendukung berbagai organisme untuk hidup di sana. Bukit Abah memiliki biodiversitas yang tinggi terutama dalam hal flora. Di sini terdapat berbagai tumbuhan mulai dari yang berprospek ekonomi cukup tinggi seperti kakao dan wani (Sora nggak tau bahasa Indonesianya), hingga tumbuhan langka yang sudah jarang ditemukan sekolong langit misalnya juwet putih, kayu seliwah, serta pohon bedarah atau lebih dikenal masyarakat sekitar dengan nama taru jelema (konon di Bukit Abah, ini adalah pohon yang disucikan dan getah pohon ini berwarna merah seperti darah dan dianggap dapat mengobati berbagai penyakit). Dan juga ada pohon-pohon lain yang namanya terdengar aneh di telinga Sora, seperti jeleket, mundeh, dan utu.

Buah wani hasil kebun salah seorang penduduk Bukit Abah, hhmmm enaakk :)

Kebun kakao milik warga (yang pasti bukan milik Sora, wkwk)

       Belum habis sampai di situ, Pesona Bukit Abah semakin terasa sempurna berkat adanya Mata Air Seliwah yang memiliki tiga warna berbeda. Mata air ini memiliki nilai magis serta dikeramatkan oleh penduduk setempat karena sering dimanfaatkan sebagai sarana malukat (penyucian diri). Keindahan Bukit Abah semakin menjadi-jadi tatkala bersanding dengan objek wisata Pura Tirta Danu yang  merupakan pelinggih Dewa Wisnu dan Dewi Danu. Keajaiban Pura Tirta Danu terletak pada telaga kecil yang mengeluarkan air kelebutan (mata air) berwarna putih susu, yang dimanfaatkan warga sekitar untuk tempat melakukan persembahyangan, meditasi, dan yoga.
       Ditambah lagi, saat ini, di Bukit Abah telah dibuka sebuah Bumi Perkemahan yang baru dilaunching pada 14 Juni 2012 lalu dengan dimeriahkan berbagai lomba untuk Pramuka se-Kabupaten Klungkung (Sombong dikit, walau Sora nggak ikut lomba karena suatu kesibukan, hehehe, Sangga Putra dan Putri dari Ambalan Sora juara 1 lohh).
       Wow... semakin semangat ke sana, tapi tiada gading yang tak retak kan, ada sedikit kekurangan yang Sora harap segera dibenahi. Kekurangannya yaitu pada infrastruktur berupa akses masuk (jalan maksudnya) yang bisa dibilang masih belum layak dilalui kendaraan, begitulah penuturan kawan-kawan Sora jika ditanya tentang Bukit Abah. Bahkan ada dua orang teman Sora yang akhirnya menyerah di tengah jalan karena sudah nggak sanggup lagi untuk meneruskan perjalan (padahal pakai motor) hingga ke puncak bukit ini, ckck, kasihan.

Sayang... jalannya agak rusak :( 
(tapi ini baru depannya aja, yang jalan selanjutnya Sora belum dapat fotonya)

       Semoga tulisan Sora ini ada yang membaca sehingga suatu saat nanti Bukit Abah dapat menjadi ikon wisata Kota Serombotan selain segitiga emas (Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan). Dan juga Bukit Abah dapat dikelola secara bertanggungjawab tanpa merusak yang ada di dalamnya agar perekonomian masyarakat dapat terangkat sedangkan tradisi serta budaya masih tetap ajeg dan lestari sehingga pada akhirnya bukit ini tidak hanya menjadi sebuah mutiara yang terpendam namun dapat menjadi mutiara yang menambah kecantikan Pulau Seribu Pura.


#Tidak lupa Sora mengucapkan terimakasih kepada dua sahabat Sora untuk foto-foto Bukit Abah dalam postingan ini :D
Sora Karista. Diberdayakan oleh Blogger.